Pages

Senin, 23 April 2012

Pesawat Tabrak Apartemen, Penghuni Selamat


Kru telah mencari hingga malam untuk mencari warga yang terluka di lima bangunan.



AMMARnews- Semua penduduk dari kompleks apartemen di Virginia yang hancur ditabrak jet Agkatan laut AS Jumat selamat. Hanya tersisa satu orang yang masih dirawat di rumah sakit dengan luka ringan.

"Orang ini dalam kondisi baik meski diyakini memiliki patah tulang" ujar Kepala penyelamat Tim Riley 
seperti yang dikutip dari Reuters.

Seorang pejabat Pentagon menggambarkan kecelakaan itu sebagai "sebuah bencana kegagalan mekanis". Selama latihan terbang, pesawat sebelum jatuh sesaat setelah lepas landas mengirimkan bola api ke langit, lalu merusak enam bangunan dan melukai tujuh orang, termasuk anggota awak. Kedua anggota awak dikeluarkan dan satu ditemukan masih terjebak di kursi injeksi.

Jet Tempur AS Jatuh Timpa Apartemen (REUTERS/U.S.
 Navy/Antonio P. Turretto Ramos)
Asap hitam mengepul di utara saat kebakaran menghancurkan gedung apartemen. Kompleks Mayfair Mews jaraknya kurang dari dua mil dari Statisun Udara Angkatan laut Oceana, basis F-18D.

Kru telah mencari hingga malam untuk mencari warga yang terluka di lima bangunan, yang beberapa diantaranya ambruk.

Virginia Beach adalah sebuah kota resor yang terletak di garis pantai selatan Atlantik negara bagian Virginia. Kota ini adalah rumah bagi 438.000 orang dan terdapat beberapa pangkalan militer.

7 Keajaiban Dunia (Sesungguhnya)

24 April 2012

7 Keajaiban Dunia (Sesungguhnya)


Murid-murid sebuah sekolah mengah pertama di Chicago sedang belajar tentang 7 Keajaiban Dunia. Di akhir pelajaran, para murid diminta untuk membuat daftar apa saja yang mereka anggap sebagai 7 Keajaiban Dunia. Meskipun ada beberapa pendapat yang berbeda, hasil yang paling banyak menunjukkan bahwa 7 Keajaiban Dunia adalah: 1. Piramida terbesar di Mesir 2. Taj Mahal di India 3. Grand Canyon di Arizona 4. Terusan Panama 5. The Empire State di New York 6. Basilika Santo Petrus 7. Tembok besar China.
Sambil mengumpulkan daftar tentang 7 Keajaiban Dunia tersebut, sang guru memperhatikan seorang siswa, seorang gadis yang pendiam. Gadis ini masih sibuk dengan daftarnya, jadi sang guru bertanya apakah dia mempunyai masalah dengan tugasnya. Si gadis pendiam ini menjawab, "Iya, ada sedikit masalah. Saya bingung menentukan 7 Keajaiban Dunia karena ada begitu banyak keajaiban di dunia ini." Gurunya menjawab, "Baik, katakan pada kita daftar yang kamu punya, dan mungkin kita dapat membantu." Si gadis sedikit ragu, lalu membaca daftar yang ia punya, "Saya rasa 7 Keajaiban Dunia adalah: 1. Bisa menyentuh 2. Bisa berbicara 3. Bisa melihat 4. Bisa mendengar (Dia kembali ragu, lalu kembali berbicara..) 5. Bisa merasa 6. Bisa tertawa 7. Dan bisa mencintai"... Ruang kelas itu sunyi seketika, bahkan semua orang bisa mendengar bila ada koin yang terjatuh di ruangan tersebut.

Kisah ini sedikit mengingatkan kita bahwa kadang yang terlihat biasa adalah hal terindah yang kita miliki. Kita lupa untuk bersyukur akan apa yang kita punya, sedangkan di luar sana banyak orang yang tidak dapat mendengar, buta, tidak dapat tertawa karena dirundung duka, serta perang yang terjadi di mana-manapun menunjukkan kurangnya kita mencintai sesama.

Bersyukur pada hal-hal kecil akan membuat kita menghargai apa yang kita miliki. Membuat dunia terasa indah dengan cinta dan kedamaian adalah keajaiban yang tidak pernah kita sadari.

So, be thankful to God for everything He has given for us! 

Pak Tua Penjual Amplop

24 Apr 2012

Pak Tua Penjual Amplop

Kisah Motivasi untuk kita renungkan bersama

Bismillahirrahmaanirrahiim………

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas dilihat, barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat.

Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang aksesoris lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.
Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusan plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih.

Astaghfirullah, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan ‘bala-bala’ pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.

Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp 7.500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp 250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu.

Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp 10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis.

Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di facebook yang bunyinya begini : “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap..”.
Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka semoga saja perbuatan baik kita dapat berbuah menjadi suatu akibat yang baik pula, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

Subhanallah…

Sahabat semoga kisah motivasi ini menjadi renungan buat kita dan bisa kita ambil hikmahnya……….
Maluu deh sama bapak penjual amplop…kita mah dikit-dikit GALAU padahal kebutuhan sudah tercukupi
lupa untuk mensyukuri nikmat

Aamiin Ya Rabbal ‘alamiin….

Kisah Motivasi